Jumat, 29 Juni 2012

Khuthbah Jum'at : Keutamaan Bulan Sya'ban


KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ 
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا 
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا 

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Hari ini kita telah memasuki bulan Sya'ban. Bulan Sya'ban, yang terletak diantara Rajab dan Ramadhan ini seringkali dilalaikan oleh manusia. Hingga Rasulullah SAW bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ

Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan.
 (HR. An-Nasa'i. "Hasan" menurut Al-Albani)

Banyak orang yang lalai, bahkan sebagian menjadikan Sya'ban sebagai bulan pelampiasan. "Mumpung belum Ramadhan, kita puaskan maksiat", "Mumpung belum Ramadhan. Nanti kalau sudah Ramadhan, puasa kita bisa tidak sah", dan kalimat-kalimat senada kadang-kadang muncul dalam masyarakat kita sebagai bentuk betapa tertipunya manusia di bulan Sya'ban.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Dari Rasulullah kita menjadi tahu bahwa ternyata bulan Sya'ban adalah bulan yang istimewa. Mengapa? Sebab bulan ini adalah bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda dalam kelanjutan hadits di atas:

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِين

Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam.
 (HR. An-Nasa'i dan Ahmad. "Hasan" menurut Al-Albani)

Itulah keutama'an bulan Sya'ban yang pertama. Bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT.

Keutamaan kedua bulan Sya'ban adalah, pada pertengahannya. Inilah yang dikenal dengan istilah Nisfu Sya'ban. Rasulullah SAW bersabda mengenai keutamaan nishfu Sya'ban :

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Sesungguhnya Allah memeriksa pada setiap malam nishfu Sya'ban. Lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau yang bertengkar dengan saudaranya. (HR Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Itulah dua keutamaan bulan Sya'ban, dan cukuplah hadits shahih bagi kita. Ada memang cukup populer di masyarakat tentang keutamaan Sya'ban sebagai bulan Rasulullah. Namun itu adalah hadits dha'if. Diantaranya adalah:

رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي

Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.
 (HR. Dailami)

Hadits itu adalah hadits dha'if. Demikian pula hadits-hadits sejenis tentang keutamaan bulan Sya'ban yang senada dengan itu.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Lalu apa amal di bulan Sya'ban yang dicontohkan Rasulullah SAW? Ini penting untuk kita ketahui dan amalkan. Sebab selain menghidupkan sunnah, mengikuti contoh dan teladan dari Rasulullah SAW adalah bukti cinta kita kepada Allah SWT.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
 (QS. Ali Imran : 31)

Amal di bulan Sya'ban yang pertama, yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah memperbanyak puasa sunnah.
حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Usamah bin Zaid berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa di satu bulan melebihi puasamu di bulan Sya'ban." Rasulullah menjawab, "Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. Karena itu aku ingin saat amalku diangkat kepada Allah, aku sedang berpuasa."
 (HR. An-Nasa'i. Al Albani berkata "hasan")

Begitulah. Rasulullah SAW banyak berpuasa di bulan Sya'ban sekaligus menginginkan agar ketika amalnya diangkat pada bulan Sya'ban itu, Rasulullah SAW dalam keadaan sedang berpuasa.

Ummul Mukminin Aisyah juga meriwayatkan kebiasaan Rasulullah SAW itu.

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya'ban.
 (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan dalam
 Fathul Bari bahwa dalam ungkapan bahasa Arab, seseorang bisa mengatakan "berpuasa sebulan penuh" padahal yang dimaksud adalah "berpuasa pada sebagian besar hari di bulan itu".

Dari keterangan di atas, tahulah kita bahwa berpuasa sunnah di bulan Sya'ban menjadi begitu istimewa karena pada bulan itu amal diangkat, bulan itu dilalaikan oleh banyak orang, dan sekaligus puasa Sya'ban merupakan persiapan puasa Ramadhan.

Syaikh Muhyidin Mistu, Mushthafa Al-Bugha, dan ulama lainnya mengomentari menjelaskan dalam
Nuzhatul Muttaqin, "Berpuasa sunnah pada bulan Sya'ban memiliki keistimewaan tersendiri. Sekaligus untuk persiapan menghadapi puasa Ramadhan. Selain itu, di bulan Sya'ban lah semua amal perbuatan manusia dinaikkan kepada Allah"

Yang perlu diperhatikan adalah, tidak boleh mengkhususkan berpuasa pada satu atau dua hari terakhir Sya'ban kecuali puasa yang harus ditunaikan (karena nadzar, qadha' atau kafarat) atau puasa sunnah yang biasa dilakukan (puasa Dawud, Senin Kamis, dan lain-lain).

Rasulullah SAW bersabda:
لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ ، إِلاَّ أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ

Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (memang seharusnya/biasanya) melakukan puasanya pada hari itu. Maka hendaklah ia berpuasa.
 (HR Bukhari)


Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Amal kedua pada bulan Sya'ban ialah melunasi hutang-hutang puasa, khususnya bagi wanita yang masih belum selesai mengqadha' puasa Ramadhan sebelumnya. Demikian pula bagi kita untuk mengingatkan keluarga kita agar memanfaatkan Sya'ban bagi yang belum selesai meng-qadha puasanya.

Aisyah berkata:

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ . قَالَ يَحْيَى الشُّغْلُ مِنَ النَّبِىِّ أَوْ بِالنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم

Aku punya hutang puasa Ramadan, aku tak dapat mengqadhanya kecuali di bulan Sya'ban, karena sibuk melayani Nabi SAW.
 (HR Bukhari)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Amal ketiga pada bulan Sya'ban ialah memperbanyak ibadah dan amal kebajikan secara umum. Entah itu menggiatkan shalat rawatib, qiyamullail, tilawah Al-Qur'an, bershadaqah, dan lain-lain. Mengingat bahwa bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal, maka alangkah baiknya ketika amal kita benar-benar bagus pada bulan itu. Dengan catatan tetap sesuai sunnah.

Adapun malam nishfu Sya'ban, sebagaimana hadits di atas ia memang memiliki keutamaan. Ibnu Taimiyah menegaskan "Adapun malam Nishfu Sya'ban, di dalamnya terdapat keutamaan."

Karena itu, ada sebagian ulama salaf dari kalangan tabi'in di negeri Syam, seperti Khalid bin Ma'dan dan Luqman bin Amir yang menghidupkan malam ini dengan berkumpul di masjid-masjid untuk melakukan ibadah tertentu pada malam Nishfu Sya'ban. Dari merekalah kaum muslimin mengambil kebiasaan itu. Imam Ishaq ibn Rahawayh menegaskannya dengan berkata, "Ini bukan bid'ah!"

Ulama Syam lain, di antaranya Al-Auza'i, tidak menyukai perbuatan berkumpul di masjid untuk shalat dan berdoa bersama pada Nishfu Sya'ban. Tetapi beliau dan ulama yang lain menyetujui keutamaan shalat, baca Al Quran dan lain-lain pada Nishfu Sya'ban jika dilakukan sendiri-sendiri. Pendapat ini yang dikuatkan Ibn Rajab Al-Hanbali dan Ibnu Taimiyah.

Adapun ulama Hijaz seperti Atha', Ibnu Abi Mulaikah, dan para pengikut Imam Malik menganggap hal terkait Nishfu Sya'ban sebagai bid'ah. Namun menurut mereka, qiyamullail sebagaimana disunnahkan pada malam lainnya dan puasa di siangnya sebab termasuk Ayyamul Bidh ialah baik.

Semoga perbedaan pendapat mengenai Nishfu Sya'ban ini dipahami dengan baik dan tidak menghalangi kita untuk melaksanakan segala amal ibadah utama pada bulan Sya'ban.

وقل رب اغفر وارحم و انت خير الراحمين

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا


اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Selasa, 26 Juni 2012

Khuthbah Juma'at menjeang Ramadhan Tiba



KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Hari ini kita hampir berada di pertengahan bulan Sya'ban. Sebentar lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan yang mulia. Ini merupakan bagian dari nikmat Allah yang besar. Bahwa kita insya Allah akan mendapatkan kesempatan berjumpa dengan tamu istimewa yang penuh keutamaan baik malam maupun siangnya. Mungkin karena itulah, sebagian orang-orang shalih berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan.

اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان

Ya Allah, berkahilan kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan (HR. Baihaqi)

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ

Ya Allah, berkahilan kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta berkahilah kami di bulan Ramadhan (HR. Ahmad)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Salah satu hal yang perlu disiapkan seorang mukmin dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan ruhiyah. Agar saat memasuki Ramadhan jiwa kita relatif lebih bersih dan tidak terkotori dengan penyakit ruhani. Tazkiyatun nafs. Penyucian jiwa. Salah satunya adalah dengan jiwa pemaaf.

Di sini perlu ditegaskan bahwa saling memaafkan sebelum Ramadhan secara khusus tidak ada hadits shahih yang menjelaskan bahwa Rasulullah dan para sahabat membiasakannya. Sebagaimana juga tidak ada hadits shahih yang menjelaskan saling memaafkan di awal syawal. Namun, memaafkan adalah salah satu bentuk tazkiyatun nafs, penyucian jiwa, yang bisa dilakukan kapan saja. Maka, memasuki Ramadhan dengan telah memaafkan orang lain adalah keniscayaan bagi kita, sehingga kita berpuasa dan beribadah di bulan Ramadhan dalam keadaan jiwa yang bersih dan mulia.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Di dalam Al-Qur'an, banyak sekali firman Allah yang memerintahkan kita untuk memaafkan atau menunjukkan keutamaan maaf. Setidaknya pada tujuh surat Allah SWT berfirman mengenai memaafkan itu. Diantaranya adalah pada surat Ali Imran ayat 134 dan surat An-Nisa' ayat 149.

Kita mulai dari surat An-Nisa' ayat 149. Allah SWT berfirman:

إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا

Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nisa' : 149)

Menjelaskan ayat ini, Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an mengatakan, "Demikianlah manhaj tarbawi mengangkat jiwa yang beriman dari kaum muslimin ke tingkatan yang lain. Pada tingkatan pertama dibicarakan kepada mereka tentang kebencian Allah SWT terhadap tindakan mengucapkan perkataan buruk secara terang-terangan, dan diberinya keringanan bagi orang yang dianiaya untuk menyuarakan perkataan jelek secara terang-terangan itu terhadap orang yang berbuat zalim kepadanyaagar kezaliman yang yang dilakukan terhadap dirinya diketahui orang lan.

Pada tingkatan kedua, diangkatnya mereka seluruhnya untuk melakukan kebaikan dan diangkatnya jiwa orang yang dizalimi –kalau dapat menyadari untuk memaafkandan berlapang dada terhadap yang bersangkutan- sesuai dengan kemampuannya. Ini merupakan tingkatan yang lebih tinggi dan lebih bersih.

Dengan demikian, akan tersebarlah kebaikan di kalangan masyarakat muslim kalau mereka mau mengutamakan hal ini. Sehingga, ia dapat memainkan peranannya di dalam mendidik jiwa dan menyucikannya manakala mereka menyembunyikannya, karena kebaikan itu adalah kebaikan di saat rahasia dan di saat terang-terangan. Pada waktu itu, tersebar pula rasa saling memaafkan diantara sesama manusia, sehingga tidak ada jalan untuk menyuarakan suara buruk. Hanya saja kepemaafan itu hendaknya dari orang yang mampu melakukan pembalasan namun ia memaafkannya, bukan timbul dari ketidakmampuan. Hendaklah yang demikian itu dilakukan karena meniru akhlak Allah, yang berkuasa melakukan pembalasan tetapi Dia memaafkan,

فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا

maka sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa. (QS. An-Nisa' : 149)

Demikianlah. Memaafkan merupakan tingkatan kedua, tingkatan yang lebih tinggi dan lebih bersih.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Di surat Ali Imran Allah SWT berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran : 133-134)

Salah satu karakter orang bertaqwa yang telah disediakan ampunan dan surga bagi mereka adalah memaafkan sesama.

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat 134 tersebut menjelaskan, "Yaitu selain menahan diri, tidak melampiaskan kemarahannya, mereka juga memaafkan orang yang telah berbuat aniaya terhadap dirinya, sehingga tiada suatu uneg-uneg pun yang ada dalam hati mereka terhadap seseorang. Hal ini merupakan akhlak yang paling sempurna. Karena itulah dalam akhir ayat disebutkan,

وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran : 134)"

Dalam tafsir yang sama, Ibnu Katsir mengengahkan tiga hadits keutamaan orang-orang memaafkan.

Pertama, bertambah kemuliannya
Rasulullah SAW bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

Tiada harta yang berkurang karena shadaqah, Allah tidak menambah seorang pemaaf kecuali kemuliaan, dan tiada orang yang tawadhu' karena Allah melainkan Allah mengangkat (derajat)nya (HR. Muslim)

Kedua, dibangunkan bangunan mulia di surga dan diringgikan derajatnya

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ بنيَانٌ ، وَأَنْ تُرْفَعَ لَهُ دَرَجَاتٌ ، فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ...

Barangsiapa yang menginginkan bangunan untuknya (di surga) dimuliakan, dan derajatnya ditinggikan, hendaklah ia memaafkan orang yang berbuat aniaya kepadanya… (HR. Hakim)

Ketiga, dimudahkan masuk surga

إذا كان يومُ القيامةِ ينادى منادٍ أين العافون عن الناسِ هلموا إلى ربِّكم وخذوا أجورَكم وحقٌّ لكلِّ مُسلمٍ إذا عفا أن يدخلَ الجنةَ

Apabila hari kiamat tiba, ada seruan yang memanggil, "Di manakah orang-orang yang suka memaafkan orang lain? Kemarilah kalian kepada Tuhan kalian dan ambillah pahala kalian! Dan sudah seharusnya bagi setiap orang muslim masuk surga bila ia suka memaafkan.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Rasulullah SAW memberitahu para sahabat bahwa sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni surga. Tak lama kemudian datang seorang laki-laki Anshar, tanpa banyak bicara. Tiga kali kejadian seperti itu berulang, hingga salah seorang sahabat sangat penasaran dan ingin belajar darinya.

Ia pun meminta izin bertamu dan bermalam. Namun setelah tiga malam, tidak ada yang istimewa. Shalat malamnya biasa, amal yaumiyahnya biasa juga. Merasa tidak berhasil menemukan rahasianya ia pun pamit pulang sambil menceritakan niat sebenarnya.

"Tidak ada rahasia pada diri dan amalku," jawab lelaki itu dengan terus terang, "Aku tidak memiliki keistimewaan apapun, kecuali bahwa aku tidak pernah menyimpan hasrat dalam hati untuk menipu sesama dan menaruh rasa dengki kepada seseorang lantaran kebaikan yang telah diberikan Allah kepadanya, aku maafkan semua orang."

Mendengar jawaban lelaki itu, sahabat tadi berkata, "Inilah yang telah mengangkat derajat Anda menjadi penghuni surga sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW".

Semoga Allah memudahkan kita untuk memiliki jiwa pemaaf dan segera memaafkan sesama sebelum Ramadhan tiba.

وقل رب اغفر وارحم و انت خير الراحمين

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا


اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Kamis, 07 Juni 2012


" Hakikat Ketaqwaan "
Oleh : Iman Nurzaman
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيّئات أعمالنا من يهده الله فلا مضلّ له ومن يضلله فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلاّالله وحده لاشريك له وأشهد أنّ  محمّدا عبده ورسوله. اللهمّ صلّ على سيّدنا محمّد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم إلى يوم الدّين. ياأيّهاالّذين أمنوااتّقواالله حقّ تقاته ولاتموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون. أعوذ بالله من الشّيطان الرّجيم. $tBur tb%x. 9`ÏB÷sßJÏ9 Ÿwur >puZÏB÷sãB #sŒÎ) Ó|Ós% ª!$# ÿ¼ã&è!qßuur #·øBr& br& tbqä3tƒ ãNßgs9 äouŽzÏƒø:$# ô`ÏB öNÏd̍øBr& 3 `tBur ÄÈ÷ètƒ ©!$# ¼ã&s!qßuur ôs)sù ¨@|Ê Wx»n=|Ê $YZÎ7B.
Hadirin ahli Jumu’ah anu sami-sami miharep ridlo Alloh Subhanahu Wata’ala.
Alhamdu lillah kalayan qodlo sareng qadar Alloh Subhanahu Wata’ala urang sadaya tiasa dikersakeun kanggo ngariung dina raraga ibadah ka Anjeuna. Anu mudah-mudahan riungan ibadah urang sadaya ieu dijantenkeun wasilah kangge urang tiasa diriungkeun engke di surgana Alloh Alloh Subhanahu Wata’ala.

Hadlirin ahli Juma’ah,
Dina kasempetan anu sangat mulia ieu, mangga urang sami-sami deuheus ka Alloh Subhanahu Wata’ala mudah-mudahan urang sadaya tiasa ngabina oge ningkatkeun kataqwaan ka Alloh Subhanahu Wata’ala ku jalan memeres sikap jiwa urang kanggo senantiasa merasa diawasi ku Alloh Subhanahu Wata’ala. Kumargi jelas kataqwaan hanyalah tiasa dicapai ku seseorang wungkul kusabab ayana sikap jiwa selalu merasa diawasi ku Alloh Subhanahu Wata’ala. Margi jelas saur Rosululloh Shollallohu ‘alaihi Wasallam dina HR. Muslim
التقوى هاهنا ويشير إلى صدره ثلاث مرات
“Taqwa teh didieu, bari Rosululloh ngisyarahan kana dada anjeuna 3 kali.”
Hal ieu nuduhkeun bahwa jelas kataqwaan teh sanes sikap rigig dlohiriyyah, tapi kataqwaan ditimbulkeun tina sikap bathiniyyah seseorang ngaraos diri diawasi ku Alloh SWT. Anu saterasna tina sikap jiwa ngaraos diri diawasi ku Alloh eta maka bakal ngabuahkeun sikap
إمتثال أوامر الله واجتناب نواهيه سرّا وعلانية
Patuh ngalaksanakeun parentahan-parentahan Alloh SWT sareng nebihan larangan-larangan Anjeuna baik katingali atanapi teu katingali ku batur. Hal ieu sesuai sareng tuntutan Islam nu dikemukakeun ku Rosululloh SAW. sakumaha dina Hadits hasan anu dikemukakan ku Imam at-tirmidzi, saur Rosululloh :
اتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن
Dina hadits ieu jelas bahwa ketaqwaan adalah hak Alloh SWT. anu otomatis ngarupikeun kawajiban seorang manusia kanggo ngalaksanakeun eta kataqwaan dina raraga hubungan  eta manusia sareng Robbna yakni Alloh SWT. Dimana bae, nuju kumaha bae, iraha bae sareng dina kaayaan kumaha bae urang dituntut kanggo taqwa ka Alloh SWT. Salajengna dina eta hadits diteraskeun ku pernyataan Rosululloh SAW.
وأتبع السيئة الحسنة تمحها
Hal ieu dikarenakan sangat mumkin bahkan pasti dina raraga usaha manusia ngawujudkeun eta kataqwaan teh dibumbui oge dikenai ku kasalahan-kasalahan, kumargi sakitu karena islam sangat tahu kana tabiat manusia saperti kitu, maka islam masihan solusi bahwa dimana-mana urang ngalakukan kesalahan, maka susul eta kasalahan teh ku kebaikan anu tiasa ngahapus kasalahan eta. Salajengna di akhir hadits eta dinyatakeun,
وخالق الناس بخلق حسن
Hal ieu nuduhkeun bahwa hubungan baik ka Alloh wungkul ku ngalaksanakeun sifat sareng sikap kataqwaan jelas henteu sampurna bahkan teu cukup kecuali eta hubungan baik ka Alloh teh dibarengi ku hubungan baik ka papada manusia anu diwujudkeun ku pergaulan anu dihiasi ku akhlaq anu terpuji.

Hadirin Ahli Jumu’ah anu mudah-mudahan di mulyakeun ku Alloh SWT.
Kumargi sangat pentingna seseorang ngagaduhan sifat sareng sikap kataqwaan eta, Alloh SWT negaskeun dina al-Qur’an bahwa taqwa ku Alloh teu diparentahkeun ka generasi urang wungkul, tapi taqwa ku Alloh oge parantos diparentahkeun ka generasi-gemerasi terdahulu sateuacan sumpingna Islam. Sakumaha Alloh SWT nganyatakeun dina QS. Annisaa : 131  :
3 ôs)s9ur $uZøŠ¢¹ur tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# `ÏB öNà6Î=ö6s% öNä.$­ƒÎ)ur Èbr& (#qà)®?$# ©!$# 4 
 “ .....Sareng nyata Kami tos marentahkeun ka jalma-jalma nu dipasihan Kitab saacan aranjeun jeung oge ka aranjeun kana kudu taqwa aranjeun ka Alloh..... “

Hadirin Jama’ah Jumu’ah.
Upami ku urang dilenyepan, kataqwaan teh saleresna adalah tuntutan islam bahkan Islam itu sendiri, kumargi Islam jelas-jelas didasarkeun kana undang-undang anu teu leupas tina parentah sareng larangan sebagai Undang-Undangna. Kuayana kitu berarti taslim sareng kepasrahan urang kana undang-undang Syariat Islam nu dicantumkeun dina nash al-Qur’an sareng as-Sunnah - baik hal eta pahit maupun manis kana nafsu urang, biasa atawa teu biasa,  hal eta dilakukeun ku mayoritas atawa minoritas - maka upami tos aya sikap seorang muslim tos sapertos kitu, berarti eta sikap kataqwaan teh tos tumbuh dina jiwa eta jalma.
Hadlirin,....
Sikap kataqwaan sapertos eta tiasa tumbuh melalui usaha sareng latihan urang anu dilandasi ku semangat (ghiroh) sareng keinginan seorang muslim ngalaksanakeunn Islam kalayan saleres-leresna. Syeikh Hafidh Hasan al-Mas’udi seorang ulama al-azhar dina Risalahna anjeuna pernah ngemukakeun bahwa diantawis sabab-sabab anu tiasa numbuhkeun kana sifat kataqwaan teh adalah :  أن يلاحظ الإنسان أنّه عبد ذليل  “ Seorang manusia mencatat dirina bahwa dia sebagai seorang hamba anu hina “
Tos dimaklumi sareng disadari ku urang sadaya bahwa seorang hamba moal tiasa berdiri sendiri dina bertindak melakukan sesuatu kecuali kalawan izin sareng pangaturan ti juraganna. Seorang hamba teu bisa melakukan sesuatu sakarep manehna, tapi seorang hamba hanya bisa ngalakukeun sesuai aturan anu diizinkeun ku sayyidna. Ku ayana sakitu disaat seseorang merasa dirina sebagai seorang hamba Alloh, maka dia akan sadar bahwa manehna moal bisa melakukan sesuatu tanpa peraturan sareng izin Alloh SWT, manehna moal sagawayah ngalakukeun sesuatu sekalipun dengan niat sae kanggo meraih ridlo Alloh SWT. Manehanana pasti bakal sadar bahwa kanggo ngaraih karidloan Alloh SWT, carana sanes ku cara sakarep manehna tapi kedah ku cara Alloh nyalira, margi manehna sadar da nu bakal  ngaganjarna oge Alloh. Jalma anu ngaku dirina seorang hamba Alloh senantiasa moal nganggap bahwa karena tujuan baik kanggo ngaraih ridlo Alloh lajeng carana kumaha tradisi sareng kahayang nafsu manehna sorangan. Tapi manehna pasti bakal nyesuaikeun kana cara sareng peraturan Alloh SWT nu aya dina undang-undang agama nu aya dina syariat al-Qur’an sareng as-Sunnah supaya manehna di ridloi ku Alloh SWT. Kuayana sakitu Syeikh Yusuf al-Qordlowi nganyatakeun bahwa hakikat agama anu kedah di jalani ku urang teh aya dua :
1.            ألايعبد إلاّالله  : Yen Ulah ibadah kecuali ka Alloh
2.            ألا يعبدالله إلاّ بما شرع  : Yen Ulah Ibadah Ka Alloh kecuali sesuai sareng anu disyariatkeun ku Alloh.
Hal ieu sesuai sareng tuntutan ayat
ß y ÚúüÏètGó¡nS$­ƒÎ)urç7÷ètR$­ƒÎ)
Tuntutan ayat eta bahwa urang kedah ibadah wungkul ka alloh lajeng cara ibadahna oge kedah sesuai petunjuk al-Qur’an sareng as-Sunnah anu hal eta teh ngarupikeun bukti nyata pertolongan ti Alloh ka hamba-Na. Sikap eta oge teu leupas tina konsekuensi pernyataan urang anu sok diungkapkeun dina shalat yakni ungkapan syahadat :
أشهد أن لاإله إلاّالله وأشهد أنّ محمّدا رسول الله.
Janten sebagai wujud penghambaan urang ka alloh SWT. maka teu aya jalan kanggo urang kecuali berusaha sekuat tenaga kanggo mengikuti tuntutan sareng tuntunan Islam anu jelas benar ti alloh SWT. anu tos dijelaskeun oge ditegaskeun dina tuntunan al-Qur’an sareng as-Sunnah, Ijma oge qiyas shahih nu dilakukeun ku para ulama ahlussunnah wal jama’ah.

Hadlirin Ahli Jum’ah anu mudah-mudahan dirohmati Alloh SWT.
Usaha penghambaan nu diwujudkeun ku kepasrahan urang kana tuntutan oge tuntunan al-qur’an sareng assunnah ieu mencakup dina sagala hal, dina ibadah, muamalah, akhlaq sareng hal-hal anu sanesna. Janten teu tiasa dibentenkeun wungkul kepasrahan dina akhlaq, dina ibadah, sareng nu sanesna. Kuayana hal eta jelas di saat Alloh sareng Rosul-Na netepkeun sesuatu urusan naon bae maka teu aya deui pilihan pikeun urang sebagai wujud penghambahan urang ka Alloh kecuali urang pasrah narima eta ketetapan. Alloh SWT. nganyatakeun dina al-Qur’an :
$tBur tb%x. 9`ÏB÷sßJÏ9 Ÿwur >puZÏB÷sãB #sŒÎ) Ó|Ós% ª!$# ÿ¼ã&è!qßuur #·øBr& br& tbqä3tƒ ãNßgs9 äouŽzÏƒø:$# ô`ÏB öNÏd̍øBr& 3 `tBur ÄÈ÷ètƒ ©!$# ¼ã&s!qßuur ôs)sù ¨@|Ê Wx»n=|Ê $YZÎ7B ÇÌÏÈ
Dina ayat sanes Alloh SWT. nganyatakeun ;
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Saha wae jalama anu nentang ka Rosululloh saba’da jelas pituduh Rosululloh ka manehna, jeng manehna nuturkeun kana jalan salain jalan jalma-jalma mukmin, maka kami bakal berpaling ti manehna saperti manehna geus berpaling (tina ketetapan sunnah Rosululloh SAW) jeung kami rek ngasupkeun ka manehna kana naraka Jahannam. Jeung alangkah gorengna naraka Jahannam sebagai tempat balik. ( QS. Annisa : 151 )

Hadirin ahli Jumuah
Tina anu parantos dipaparkeun tadi pernyataan seorang ulama Tabi’in Thalaq Bin Habib tiasa dijantenkeun kasimpulan, bahwa makna taqwa anu saleresna nyaeta :
أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجو ثواب الله وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله
Janten teu tiasa seseorang hanya dengan niat taqwa melaksanakan parentah Alloh SWT. nebihan larangan-larangan Anjeuna lalu mengabaikan aturan sareng cara Alloh SWT. dipelaksanaanana.
Kumargi sakitu taqwa teh berarti hati-hatina urang dina setiap amal ibadah supaya eta amal ditampi ku Alloh kalayan senantiasa berjalan dibawah naungan ilmu
فاستبقواالخيرات أقول قولى هذا أستغفر الله إنّه هو الغفور الرّحيم
الخطبة  الثانية
الحمد لله حمدا كثيرا طيّبا مباركا فيه. أشهد أن لاإله إلاّالله وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله الّذي لانبيّ بعده . اللهمّ صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنّك حميدٌ مجيد.  اللهمّ بارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم. إنّك حميدٌ مجيد. يآأيها الذين آمنوااتقواالله ولتنظرنفسٌ ما قدّمت لغد. اللهمّ اغفرللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. ربّنا لاتؤخذنا إن نسينا أو أخطأنا ربّنا ولاتحمّلنا مالاطاقة لنا به واعف عنّا واغفرلنا وارحمنا أنت مولنا فانصرنا على القوم الكافرين. ربّنا لاتجعلنا غلاّ للذين آمنو ا ...............ربّنا آتنا فى الدّنيا حسنةً...................وصلّى الله على محمّد وعلى آله وأصحابه أجمعين. وآخر دعوانا أن الحمد لله ربّ العالمين.